hydroflynow.com – Korea Selatan menggelar pemilihan presiden (Pilpres) luar biasa setelah pemakzulan Presiden Yoon Suk Yeol akibat upaya pemberlakuan darurat militer pada Desember 2024. Pemilu ini menjadi momen penting untuk menentukan arah masa depan negara setelah periode ketidakstabilan politik yang intens.

Latar Belakang Krisis Politik

Presiden Yoon Suk Yeol dimakzulkan oleh Majelis Nasional pada 14 Desember 2024 setelah mencoba memberlakukan darurat militer, yang memicu protes massal dan krisis konstitusional. Mahkamah Konstitusi mengukuhkan pemakzulan tersebut pada 4 April 2025, mengosongkan kursi kepresidenan dan memicu pemilu yang harus diadakan dalam 60 hari, sesuai konstitusi. 

Kandidat Utama

Tujuh kandidat bersaing dalam pemilu ini, namun persaingan utama terjadi antara:

  • Lee Jae-myung: Mantan gubernur Gyeonggi dari Partai Demokrat liberal, dikenal dengan gaya populis dan janji reformasi sosial-ekonomi.

  • Kim Moon-soo: Mantan menteri tenaga kerja dari Partai Kekuatan Rakyat konservatif, berjanji untuk memulihkan stabilitas dan reformasi politik.

Survei terbaru menunjukkan Lee unggul dengan 49,2% dukungan, sementara Kim memperoleh 36,8%.

Antusiasme Pemilih

Partisipasi pemilih sangat tinggi, dengan 96,7% pemilih telah memberikan suara, termasuk 34,74% melalui pemungutan suara awal. Tempat pemungutan suara dibuka sejak pukul 06.00 waktu setempat, dan warga, termasuk lansia, antusias memberikan suara mereka. 

Tantangan Presiden Terpilih

Presiden terpilih akan langsung menjabat tanpa masa transisi portalberitalombok, menghadapi tantangan seperti pemulihan ekonomi, ketegangan dengan Korea Utara, dan hubungan dengan AS di bawah Presiden Trump. 

Pemilu ini menjadi penentu arah masa depan Korea Selatan setelah krisis politik. Hasil resmi diharapkan diumumkan pada Rabu pagi, 4 Juni 2025.